Tuesday, May 26, 2009

HOKI 28 : Wortel "Super" dari Hasil Rekayasa Genetika

Wortel Iptek
Wortel "Super" dari Hasil Rekayasa Genetika
oleh : Rachmad Yuliadi Nasir 18-Jan-2008, 17:20 WIB
KabarIndonesia - Wortel, makanan pokok tokoh kartun anak-anak Bugs Bunny alias si kelinci, ternyata bisa menjadi 'super'. Ini terjadi setelah para ilmuwan di Amerika Serikat (AS) berhasil menghasilkan wortel rekayasa genetik yang mengandung kalsium tambahan. Orang yang melahap wortel baru
selengkapnya....

Iptek

Wortel "Super" dari Hasil Rekayasa Genetika
Oleh : Rachmad Yuliadi Nasir

18-Jan-2008, 17:20:31 WIB - [www.kabarindonesia.com]

KabarIndonesia - Wortel, makanan pokok tokoh kartun anak-anak Bugs Bunny alias si kelinci, ternyata bisa menjadi 'super'. Ini terjadi setelah para ilmuwan di Amerika Serikat (AS) berhasil menghasilkan wortel rekayasa genetik yang mengandung kalsium tambahan. Orang yang melahap wortel baru ini bakal menyerap 41 persen kalsium lebih banyak dibanding jika ia menyantap wortel biasa. Dengan menambahkan sayur tersebut ke menu makanan diharapkan juga mampu membantu menepis gangguan kesehatan, seperti penyakit rapuh tulang dan osteoporosis.

''Wortel yang sarat dengan kalsium ini masih perlu menjalani banyak pengujian keamanan. Sayur ini ditumbuhkan dalam lingkungan yang dikendalikan dan dipantau secara hati-hati,'' ujar Profesor Kendal Hirschi, salah satu tim peneliti pada Baylor College of Medicine, AS, seperti dilansir BBC, Selasa (15/1).

Para ilmuwan itu berharap wortel mereka mampu menawarkan cara lebih sehat untuk mengonsumsi mineral dalam jumlah yang cukup. ''Tapi, perlu lebih banyak riset sebelum wortel ini tersedia bagi konsumen,'' kata Hirschi.

Selama ini, bahan makanan dari susu merupakan sumber utama kalsium makanan, tapi sebagian orang alergi terhadap produk tersebut. Bahkan, beberapa orang lainnya dianjurkan menghindari konsumsi terlalu banyak akibat kandungan lemak yang tinggi. Melalui rekayasa genetik, para ilmuwan itu mengubah suatu gen dalam wortel tersebut sehingga memungkinkan kalsium di dalamnya menyeberangi secara lebih mudah dalam selaput tanaman tersebut.

Rekayasa genetika merupakan salah satu teknik bioteknologi yang dilakukan dengan cara pemindahan gen dari satu mahluk hidup ke mahluk hidup lainnya atau dikenal juga dengan istilah transgenik. Tujuan rekayasa genetika adalah menghasilkan tanaman atau hewan atau jasad renik yang memiliki sifat-sifat tertentu sehingga mendatangkan keuntungan yang lebih besar bagi manusia. Adapun gen merupakan suatu unit biologis yang menentukan sifat-sifat mahluk hidup yang dapat diturunkan.

Pangan hasil rekayasa genetika merupakan pangan yang diturunkan dari mahluk hidup hasil rekayasa genetika. Jika dijadikan satu-satunya sumber kalsium, wortel tentu tidak akan memenuhi kebutuhan kalsium harian sebesar 1.000 mg. Namun demikian, jika sayur mayur lain juga direkayasa dengan cara serupa, konsumsi akan meningkat tajam.

Langkah yang dilakukan ilmuwan AS bukanlah kali pertama dalam rekayasa wortel. Warna oranye yang dikenal luas sebagai warna wortel adalah hasil budidaya Belanda pada abad ke-17. Kala itu, para petani sayur mayur Belanda yang patriotik mengubah sejenis sayur yang berwarna ungu menjadi berwarna seperti warna nasional negeri tersebut. Wortel pun bukan sayur mayur pertama yang mengalami perombakan demi kesehatan.

Rekayasa genetika juga dilakukan untuk mengembangkan kentang yang mengandung lebih banyak zat tepung. Sehingga tidak menyerap lebih sedikit minyak ketika digoreng dan menghasilkan keripik atau batangan kentang yang lebih sehat. Penelitian juga sedang dilakukan terhadap brokoli. Dengan rekayasa genetik, diharapkan sayur ini mengandung lebih banyak sulforaphane atau bahan kimia yang mungkin membantu orang mencegah kanker.

Sementara itu, Profesor Susan Fairweather-Tait dari University of East Anglia, Inggris menyatakan, bahan pangan hasil rekayasa genetika untuk meningkatkan kandungan gizi menjadi alternatif yang semakin penting. ''Orang dianjurkan agar makan lebih sedikit untuk menghindari kenaikan berat badan. Selain itu banyak makanan kini tidak lagi mengandung segala yang diperlukan tubuh,'' ujarnya.

Susan mengakui, ada penentangan keras terhadap teknik rekayasa genetik. Namun, penolakan itu secara bertahap bisa diredam. ''Kita mesti menjauh dari momok 'makanan Frankenstein' dan mulai menghargai manfaat kesehatan yang mungkin dibawanya,'' jelasnya.